
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 16 dari Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Banyuwangi melaksanakan pelatihan pembuatan briket sekam padi sebagai energi alternatif di Desa Kemiri, Kecamatan Singojuruh, pada Rabu, 24 Juli 2025. Kegiatan bertema “Briket Sekam Padi: Inovasi Energi Bersih di Desa Kemiri”
Kegiatan dilaksanakan di wilayah Tambora dan menyasar kelompok pemuda desa yang tergabung dalam komunitas Lare Kemiri (LAKER). Sebanyak 22 pemuda mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Tidak hanya mendengarkan penyuluhan teori, mereka juga ikut praktik langsung membuat briket dari limbah sekam padi—bahan yang sangat umum ditemukan di desa mereka.
Briket sekam padi dikenalkan sebagai solusi energi alternatif yang bersih, hemat biaya, dan ramah lingkungan. Inisiatif ini sejalan dengan poin 7 dan 12 dari tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu Energi Bersih dan Terjangkau serta Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Mahasiswa KKN berharap pelatihan ini dapat membuka wawasan baru bagi masyarakat, terutama generasi muda desa.
Ketua pelaksana program, Dyah Fitri Ayu Kusniah, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk kontribusi mahasiswa terhadap isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat desa. “Kami melihat potensi besar dari limbah pertanian seperti sekam padi. Melalui pelatihan ini, kami ingin membuka wawasan masyarakat, khususnya generasi muda, bahwa limbah pun bisa bernilai guna tinggi jika diolah dengan tepat,” jelas Dyah.
Kepala Desa Kemiri, Panti Utomo, turut hadir dan memberikan apresiasi terhadap inisiatif mahasiswa. Ia menilai kegiatan ini mampu mendorong kesadaran baru tentang pentingnya pengelolaan limbah dan potensi ekonomi yang bisa lahir dari situ. “Kami sangat mendukung kegiatan seperti ini. Selain menumbuhkan kesadaran lingkungan, pelatihan ini juga memberikan peluang ekonomi baru bagi warga. Semoga bisa menjadi awal dari gerakan energi mandiri di desa kami dan menjadi program kerja dari mahasiswa UNTAG Banyuwangi yang berkelanjutan,” ujar Utomo.

Rizal, Ketua LAKER, mewakili para pemuda desa menyampaikan rasa antusias dan harapannya setelah mengikuti pelatihan. “Kami jadi tahu apa itu briket dan cara mengolah limbah sekam padi menjadi briket yang bisa digunakan untuk masak dan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada arang biasa. Semoga ke depan bisa dikembangkan jadi usaha kecil,” ungkap Rizal.
Sesi praktik dalam pelatihan ini menjadi momen yang paling ditunggu. Para peserta diajak mempelajari secara langsung proses pembuatan briket mulai dari tahap awal hingga siap digunakan. Proses dimulai dengan mengumpulkan sekam padi kering, kemudian membakarnya perlahan hingga menjadi arang, bukan abu.
Setelah arang didinginkan dan dihaluskan, peserta menyaringnya agar menghasilkan bubuk yang lembut. Tahapan berikutnya adalah membuat lem dari tepung tapioka yang dimasak, lalu mencampurkannya dengan arang halus hingga kalis. Adonan tersebut kemudian dicetak menggunakan alat sederhana dan dijemur selama 2 hingga 4 hari tergantung cuaca.
Meski masih sebatas pelatihan, kegiatan ini menjadi pemantik penting dalam membangun kesadaran baru di kalangan pemuda desa tentang energi alternatif dan potensi ekonomi dari limbah pertanian. Mahasiswa KKN berharap pelatihan ini bisa menjadi awal dari program jangka panjang yang melibatkan pemuda, petani, dan pemerintah desa secara lebih luas.
Dengan kegiatan ini, mahasiswa KKN UNTAG Banyuwangi membuktikan bahwa pendekatan teknologi tepat guna dan pelibatan masyarakat adalah kunci dalam mendorong pembangunan desa yang berkelanjutan. Mereka tidak hanya datang membawa teori, tetapi menghadirkan solusi nyata yang bisa diterapkan dan dikembangkan oleh warga desa sendiri.